Loading Now

Merasakan Kembali Tradisi Masa Lalu Lewat Pasar Kangen

Suasana Pasar Kangen | © Aditya Rizki Yudiantika

Saya terakhir kali mengunjungi Pasar Kangen sekira dua tahun yang lalu. Acara yang digelar tiap tahun itu selalu diadakan di pertengahan tahun, berlokasi di tempat yang sama, yaitu di halaman kawasan Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Seperti gelaran pada tahun-tahun sebelumnya, Pasar Kangen tahun ini masih menjajakan aneka kuliner dan pernak-pernik tradisional.

Apa itu Pasar Kangen? Dari namanya saja sudah mengandung makna nostalgia atau kenang-kenangan dari masa lalu. Sebuah festival yang digelar setiap tahun di Yogyakarta sebagai ajang untuk nostalgia dan merasakan kembali tradisi masa lalu, meliputi kuliner, kerajinan, dan pertunjukan-pertunjukan rakyat.

Tahun ini adalah tahun ke-9 penyelenggaraan Pasar Kangen, dengan mengangkat tema “Pasar Aja Ilang Kumandhange” (dalam bahasa Indonesia berarti ‘Pasar Jangan Hilang Gaungnya’). Menurut penggagas Pasar Kangen, Ong Hari Wahyu, tema tahun ini dipilih untuk mengingatkan publik akan hakikat sebuah pasar, yaitu pasar selain sebagai satu tempat untuk melangsungkan transaksi ekonomi, juga menjadi satu tempat untuk menjunjung nilai kearifan lokal dan aspek sosial masyarakat.

Uniknya, untuk mendukung tema Pasar Kangen tahun ini, semua penjual baik di stan kuliner maupun stan kerajinan diwajibkan untuk mengenakan pakaian tradisional selama berkegiatan. Tampak para peserta pria berdandan mengenakan kain surjan dan dilengkapi dengan blangkon. Sedangkan para peserta wanita kebanyakan mengenakan kain kebaya.

Kendati sudah dibuka sejak siang hari, saya datang di malam pertama Pasar Kangen. Masih tampak jelas sisa-sisa keramaian pembukaan Pasar Kangen. Malam itu, di halaman TBY berdiri sebuah panggung rakyat yang sedang mementaskan sebuah grup orkes keroncong asal Solo. Grup tersebut adalah Orkes Plasu Minimal (OPM).

Saat grup OPM tampil, banyak penonton yang terkekeh melihat penampilannya. OPM bukan grup keroncong biasa. Seperti layaknya grup keroncong, para pemainnya juga memainkan alat musik seperti gitar, bas bethot, cak, cuk, dan kendang. Mereka memadukan musikalitasnya dengan dialog dan celetukan antar vokalisnya. Mirip melihat sebuah pertunjukan drama yang sarat dengan penokohan dan karakternya yang penuh banyolan.

Suasana Pasar Kangen | © Aditya Rizki Yudiantika

Pentas Keroncong OPM Solo | © Aditya Rizki Yudiantika
Selain sejenak menyaksikan OPM, saya sempat mencoba beberapa kuliner tradisional di sana. Di antaranya adalah es gandhoel, sate koyor, dan jajanan pasar tradisional semacam thiwul, cenil, lopis ketan, gathot, dan sejenisnya. Di beberapa stan yang lain, pengunjung juga tampak antusias menikmati hidangan kuliner yang keberadaanya sudah semakin sulit ditemukan. Jenis makanan yang sempat saya temui adalah sego bakar, sego liwet-wiwet, pepes iwak, sego pecel/gudangan, mie dhes, mie lethek, aneka soto, hingga sate kere.

Coba bayangkan, di acara mana lagi aneka kuliner lawas tersebut dipertemukan dalam satu tempat? Benar-benar acara yang membuat para pengunjung tak henti-hentinya menelan ludah.

Masih di lokasi yang sama, lapak-lapak kerajinan dan koleksi benda lawas dijajakan secara lesehan. Benda-benda yang diperjualbelikan di antaranya ada boneka, dolanan anak, kaset lawasan, piringan hitam, cincin akik, boneka, kaos motif lawas, mata uang kuno, prangko, serta buku-buku lawas yang layak dikoleksi.

Selain diikuti oleh 68 gerai kuliner dan 52 lapak kerajinan, festival Pasar Kangen juga dimeriahkan oleh aneka pertunjukan seni rakyat. Tercatat total ada 20 kelompok kesenian tradisional yang akan unjuk gigi secara bergantian setiap harinya di panggung yang disediakan. Mereka terdiri dari grup keroncong, jathilan, reog, wayang kulit, kethoprak, wayang wong, angguk, dan lain-lain. Jika kurang puas, di dalam gedung utama TBY masih disuguhkan pameran lukisan wayang yang memajang hingga 200 karya.

Pasar Kangen tahun ini digelar sejak 19 hingga 24 Juli 2016, dibuka sejak pukul 10.00 – 21.00 WIB. Bagi yang ingin berkunjung ke sana, catat tanggalnya, jangan sampai ketinggalan. Acara ini gratis untuk umum. Anda cukup membawa uang jajan secukupnya untuk dapat menikmati sajian kuliner dan membeli aneka kerajinan yang barangkali bisa mengobati rasa rindu Anda dengan tradisi masa lalu.

Post Comment