Inilah pertama kali saya berkunjung ke Wonosobo. Perjalanan ini saya lakukan dalam rangka pekerjaan, merekam beberapa shot video di Wonosobo dalam pembuatan company profile perusahaan. Meski dalam rangka tugas kerja, saya masih bisa jalan-jalan. Saya berangkat dari Semarang pukul 7 pagi dan akhirnya sampai di Wonosobo sekitar pukul 10-an.

Ketika memasuki wilayah Temanggung, udara dingin sudah menyambut. Memasuki wilayah Wonosobo udara dingin semakin bertambah, disertai pula gerimis. Makin lengkap saja pengalaman pertama bertandang ke wilayah dataran tinggi ini.

Sebelumnya, saya membaca mie legenda; Mie Ongklok yang terkenal di Wonosobo. Kuliner khas Wonosobo yang patut dicoba. Hal itu menjadi salah satu tujuan saya nantinya, jika proses pengambilan gambar selesai. Setelah berkutat kurang lebih dua jam, akhirnya proses pengambilan video dan gambar selesai juga. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang. Saatnya berburu kuliner Mie Ongklok sesuai penjabaran Moddie Alvianto Wicaksono.

Terasa kurang lengkap rasanya jika sudah berkunjung ke Wonosobo jika tidak mengicip buah tangan paling khas, Carica! Berbekal informasi teman, saya bertandang ke salah satu produsen manisan carica khas Wonosobo.

“Pokoknya datang saja ke sana. Selain mendapatkan manisan carica yang bagus. Kau akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat dari pemiliknya.”

“Nama merek manisannya apa?”

“Carica Gemilang. Alamatnya ada di jalan Siyono, 02/III, Bojasari Kertek, Kab. Wonosobo Jawa Tengah, Indonesia 56371.”

Berbekal alamat yang diberikan, saya menuju tempat tersebut. Tak lupa mempersiapkan diri dengan bantuan google maps. Meski sudah dibantu teknologi, tetap saja saya butuh bertanya ke warga sekitar. Penunjuk arah yang paling hakiki!

Terlihat sebuah papan plang bertuliskan Carica Gemilang Factory. Sebuah bangunan memanjang ke belakang dengan mayoritas berwarna kuning. Ada pula satu mobil boks operasional.

Kedatangan saya disambut seorang wanita cantik. Mempersilakan duduk di sebuah ruangan yang di-set sebagai ruang tamu. Saya duduk sebentar sembari mengamati ruangan ini. Tak lama kemudian muncul seorang pria.

“Selamat pagi mas, ada yang bisa saya bantu?” Logat medok Wonosobo terdengar keras.

“Mau membeli Carica Gemilang, Mas! Kebetulan lagi di Wonosobo, sekalian saja mencari oleh-oleh manisan carica. Mas ini siapa ya?”

“Saya Alfa Gemilang, pemilik usaha ini.”

“Sudah lama membuka usaha manisan ini?”

“Belum lama, sejak 2013 akhir kemarin.”

“Ooh gitu.”

”Awal mula kenapa mas membuka usaha manisan ini?”

“Wonosobo terkenal dengan buah carica. Buah yang sudah diakui Indonesia dan dunia internasional. Yang pertama, karena ingin tetap memperkenalkan kekhasan Wonosobo lewat manisan buah carica. Semua orang Indonesia suka yang manis-manis. Yang terakhir, saya ingin memperdayakan masyarakat di sekitar saya. Itu yang paling terpenting! Bermanfaatlah untuk orang-orang di sekitarmu.”

Saya menyukai orang yang memiliki empati terhadap lingkungan di sekitarnya. Termasuk Mas Alfa ini. Membantu mengangkat perekonomian warga sekitar, karena sebuah usaha bukan hanya untuk menghasilkan uang semata. Akan tetapi juga melahirkan sebuah rasa membantu lingkungan sekitarnya. Sesuai dengan kata Henry Ford, “Sebuah usaha tidak menghasilkan laba selain uang, berarti usaha itu merugi.”

Papan pabrik Minuman sirup buah Carica
Papan pabrik Minuman sirup buah Carica | © Dwi Andri Yatmo
Alfa Gemilang, pemilik Carica Gemilang
Alfa Gemilang, pemilik Carica Gemilang. | © Dwi Andri Yatmo

“Oh ya Mas Alfa, kenapa namanya Carica Gemilang? Lantas apa yang membedakan produk njenengan dengan produk lain?”

“Itu sebenarnya diambil dari nama belakang saya sendiri. Kalau ditanya, arti dari kata gemilang itu berasal dari akronim ‘seger, manis, lezat, dan ngangeni.’ Semoga orang yang membeli dan memakan produk saya bisa memperoleh manfaat dan selalu kangen dengan produk saya.”

“Di Wonosobo, ada banyak sekali produsen manisan carica, Mas. Tentu, seharusnya kita saling mendukung satu sama lain. Bukan malah menjegal dan saling menjatuhkan, karena sebenarnya kita sama-sama ingin memperkenalkan buah tangan khas Wonosobo ke seluruh pelosok Indonesia dan dunia.”

Saya lalu diajak jalan-jalan melihat proses pembuatan manisan carica. Proses pembuatan manisan ini dikerjakan oleh Ibu-ibu. Mulai dari mengupas kulit buah carica, dicuci, dipotong, dilakukan pengepresan ke dalam cup sampai memasukkannya ke dalam kemasan. Semua dilakukan oleh tetangga sekitar pabrik manisan milik Mas Alfa. Siapapun bisa bekerja di sini asalkan ada niat untuk bekerja.

“Saya kira Mas Alfa memiliki kebun buah carica sendiri?” Saya bertanya setelah melihat lahan luas di sekitar pabrik yang hanya ditanami pohon singkong.

Mas Alfa hanya tertawa.

“Saya tidak punya kebunnya Mas. Dulu pernah menanam, tumbuh memang. Tetapi tidak bisa berbuah. Mungkin Gusti Allah memang adil, memberikan buah yang hanya bisa berbuah di dataran tinggi Dieng sana. Ini mungkin karunia untuk masyarakat Dieng Wonosobo khususnya dan Indonesia pada umumnya.”

“Oh ya Mas Alfa, sejak masuk ke pabrik tadi. Kenapa memilih warna kuning? Saya lihat mayoritas njenengan memakai warna kuning.”

“Ini semua atas bantuan Neyma Semarang, salah satu Brand Agency Identity, Mas. Awalnya saya berpikir menggunakan warna hijau karena lebih segar dan enak dipandang mata. Tetapi saya salah, semua itu ada ilmunya. Sesuai saran dari Neyma akhirnya saya memakai warna kuning. Mas tahu kenapa?” Mas Alfa balik bertanya.

“Warna hijau itu mencerminkan buah yang masih mentah. Sedangkan warna kuning mengasosiasikan buah matang. Begitu Mas Alfa?”

“Tepat sekali Mas. Memang segala sesuatu harus diserahkan kepada ahlinya.”

Masih banyak sebenarnya yang ingin kami perbincangan. Mengingat waktu saya di Wonosobo juga tidak banyak, akhirnya saya memutuskan untuk pulang. Shooting sudah selesai. Mengicipi kuliner khas Wonosobo juga sudah. Oleh-oleh manisan carica juga sudah di tangan, ditambah cerita menginspirasi dari pemiliknya.

Semua daerah di Indonesia memiliki pelbagai ciri khas sendiri-sendiri. Kita sebagai orang Indonesia harus bisa menjaga dan menikmati keunikan tersebut. Bertandang ke Wonosobo tidak genap rasanya jika belum menyantap Mie Ongklok. Namun lebih tak sempurna lagi, jika belum mencicip dan membeli manisan carica. Wabil khusus, Carica Gemilang.