Mencari Cinta bersama Gus Muh
Makin banyak kata, cinta hanya jadi omong kosong. Itulah yang saya pikirkan sebelum membaca Mencari Cinta karya Gus Muh.
Membahas soal cinta sungguh tidak pernah ada habisnya. Dari kamu melajang sampai pacarmu minta putus, lalu kamu punya pacar lagi, putus lagi hingga ia dinikahi orang lain. Sebagaimana isi buku Mencari Cinta yang ditulis oleh Gus Muh, pencarian cinta adalah pencarian abadi seorang manusia berbudaya untuk menemukan inti kehidupan.
Muhidin M. Dahlan atau kerap disapa Gus Muh, mengajak para pembaca merenung barang sedikit, sudah pada tahapan mana cinta yang mereka pahami dan sekaligus anut selama ini. Mazhab apa yang dipakai sekadar berdamai dengan masa lalu. Namun, sebelum kamu membeli dan membaca buku ini, sekadar saran—buang jauh semua hal tentang cinta yang kamu tahu. Sebab apabila kamu merasa tahu bahwa cinta ini begini-begitu, tak ada yang bisa kamu dapatkan dari buku Mencari Cinta.
Isi buku kecil nan ringan (menurut penulisnya) ini terdiri dari satu prolog, sebelas bab, dan satu epilog. Pada bagian prolog, kamu akan membaca sepotong kisah dan pengalaman batin penulis saat bertemu dengan kawannya sesama aktivis, berada dalam keremangan bersama seorang gadis. Bagian prolog yang diberi judul “Melirik, Setelah Itu Pelukan” menentukan siap dan tidaknya kamu memahami setiap bab di buku Mencari Cinta.
Buku Gus Muh yang terbit pada April lalu ini bukanlah buku motivasi yang mengajarkan kamu tentang “bagaimana”. Jangan berharap setelah membaca buku Mencari Cinta lantas kamu dengan mudah mendapat pasangan baru bahkan pendamping hidup. Apalagi jika pemahamanmu tentang cinta sebatas ganteng dan cantik, mobil sport atau odong-odong. Mencari Cinta merupakan buku sakti; siapa pun yang membacanya seperti bercermin pada masa di mana ketulusan tak dianggap sebagai omong kosong.
Saya sengaja tak menghitung berapa jumlah kata “cinta” yang terdapat pada buku ini. Sebab saya begitu menikmati membaca buku Mencari Cinta. Dan rasanya sayang bila saya tak jadi bagian dari buku ini. Maksud saya, banyak kalimat yang ingin saya tandai karena anjay betul. Penjelasannya ntap, tidak seperti buku ala-ala (you know lah). Selain itu, ada beberapa kisah dalam buku ini yang ngena. Buku ini akan menaikkan derajat kamu—dari pemuja kenangan dan penyembah masa lalu—menjadi seorang pecinta.
Mengenai kalimat terakhir pada paragraf sebelumnya, saya serius. Dalam buku Mencari Cinta, ada bab yang menjelaskan tentang bentuk dan jenis cinta, pun kekuatan cinta yang dapat mengubah seorang alim menjadi bajingan, begitu juga sebaliknya. Gus Muh bersama Pramoedya Ananta Toer, Erich Fromm, dan beberapa pakar cinta lainnya, dengan tidak sengaja mendorong kamu “mencari cinta”.
Setelah saya membaca buku Gus Muh, pandangan saya terhadap cinta bukan lagi soal jatuh dan kehilangan. Ada hal yang lebih bermakna daripada hal tersebut. Bahwa cinta tidak bisa dijadikan alasan untuk berpisah. Segala macam ukuran di dunia hanya mengedepankan materi, cinta jauh lebih berharga daripada itu. Meski pada akhirnya saya pun tak bisa memungkiri, cinta seperti mantan yang tak pernah berhasil kamu lupakan, seperti pesan dari gebetan yang selalu ingin kamu balas cepat-cepat.
Post Comment